BAB II

A. Hakekat Pelajaran IPS
IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial
semata-mata, melainkan harus pula membina siswa menjadi warga masyarakat dan
warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti
yang seluas-luasnya. Kehidupan manusia dimasyarakat atau manusia dalam konteks
sosial yang menjadi ruang
lingkup IPS, merupakan cakupan yang sangat luas. Oleh karena itu, pada proses
pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan
perkembangan kemampuan siswa dan lingkup objek formal IPS.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS yang optimal, ada empat hal yang
meliputi, yaitu: dasar mental psikologis yang melekat pada diri siswa,
pengetahuan sosial secara spontan telah dimiliki oleh siswa, ruang lingkup IPS
yang sangat luas, dan nilai-nilai yang melekat pada pendidikan IPS. Hal
tersebut wajib menjadi pegangan pada proses pelaksanaan proses pembelajaran IPS
yang komprehensif. Pembinaan dan pengembangan minat siswa, penguasaan materi
IPS yang memadai oleh guru, dan penciptaan suasana yang interaktif pada
pembelajaran, akan menciptakan suatu modal yang strategis pula dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran IPS, ragam pendekatan dan metode yang
diterapkan disesuaikan dengan kondisi lingkup masyarakat serta aspek kehidupan
social yang menjadi pokok bahasan. Keragaman pendekatan dan metode yang
diterapkan pada proses pembelajaran IPS, dapat mempertahankan suasana yang
hangat dan menarik, sehingga para siswa tidak dihinggapi kejenuhan dan
kebosanan.
B. Hakekat Koperasi
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25/1992 (dalam Fokus, 14) koperasi ialah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan, sedangkan
International Cooperative
Alliance (ICA) dalam buku The
Cooperative Principles, karangan P.E. Weeraman (1973) memberikan definisi:
”Koperasi adalah
kumpulan orang-orang atau badan hukum
yang bertujuan untuk
perbaikan sosial ekonomi
anggotanya melalui memenuhi kebutuhan
anggotanya dengan jalan
berusaha bersama saling membantu antara satu dengan yang lainnya dengan cara
membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan atas prinsip-prinsip
koperasi”.
Sedangkan menurut Bapak Koperasi Indonenesia , Dr.Mohammad Hatta (Toweula,1995) memberikan
definisi: “Koperasi adalah bangun organisasi sebagai badan usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan”.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu
koperasi adalah kegiatan ekonomi bersama dari para anggotanya, berasaskan
kekeluargaan, kerakyatan, demi keuntungan bersama, dan tidak mengutamakan
keuntungan ekonomi semata-mata, melainkan juga memperhatikan keuntungan social.
C. Metode Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas,
dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins
(Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al.
sebagai metode Cooperative Learning.
Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan,
ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar
bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung
jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A, 2007).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali
pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.
Langkah-langkah
dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
• Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok,
dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal
menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini,
setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran
tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama
dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart
Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada
temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut
kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan
materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya
terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5
kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari
5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan
informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Setelah
siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah
satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar
guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
• Guru memberikan kuis untuk siswa secara
individual.
• Guru memberikan penghargaan pada
kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
• Materi sebaiknya secara alami dapat
dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
• Perlu diperhatikan bahwa jika
menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu
tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan
mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat
menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan
pembelajaran Cooperative Learning.
2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang
mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil
sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain
hanya sebagai penonton.
3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang
teknik pembelajaran Cooperative Learning.
4. Kurangnya
buku sumber sebagai media pembelajaran.
5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan
sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative
Learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik
penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
2.
Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap
kelas merupakan kelas heterogen.Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang
teknik pembelajaran Cooperative Learning.
3.
Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama
buku sumber.
4.
Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem
teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
D. Prestasi Belajar
1. Definisi dan Bentuk Prestasi Belajar
Belajar pada dasarnya proses perubahan tingkah laku, proses belajar yang
dialami siswa diharapkan akan menghasilkan suatu perubahan dan perubahan itu
salah satunya tampak dalam prestasi belajar yang diperoleh siswa terhadap prestasi
belajar yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar tersebut berbeda-beda
sifatnya tergantung dari bidang yang sedang dipelajarinya. Dalam setiap jenis
apapun, yang menjadi titik tolak selalu merupakan proses dari perbuatan yang
menentukan kategori hasil dan akan menghasilkan ketentuan mengenai jalan yang
harus sampai pada hasil belajar yang tertuju pada prestasi belajar.
Prestasi belajar berarti hasil belajar yang dicapai siswa dalam belajar.
Winkel (1990) mendefinisaikan bahwa prestasi belajar adalah suatu proses mental
yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan
keterampilan proses dan dilaksanakan agar menimbulkan tingkah laku progresif
dan adatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang telah dicapai dalam belajar berupa pengetahuan, penguasaan, atau
keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa selama mengikuti pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka.
Karena keterbatasan dalam penelitian salah satu bentuk prestasi belajar yang
dijadikan acuan pengembangan instrument adalah pilihan kemampuan siswa pada
taraf kemampuan kognitif. Adapun domain kognitif dalam taksonomi Bloom dapat
dipilih atas 6 tingkatan sebagai berikut:
a.
Pengetahuan (ingatan). Pengetahuan (ingatan) menyangkut
tingkah laku siswa yang ditekankan pada kemampuan mengingat atau mengenal
kembali materi yang dipelajari. Dalam taksonomi Bloom, pengetahuan merupakan
sasaran belajar tingkat paling rendah.
b.
Pemahaman. Pemahaman diartikan sebagai kemampuan
menerapkan makna dari materi yang telah dipelajari. Tingkah laku pada tingkat
ini dapat dideteksi dan kemampuan menterjemahkan materi dari bentuk satu ke
bentuk yang lainnya. Kemampuan pada tingkat ini memiliki tingkat yang lebih
baik dibandingkan kemampuan yang berupa pengetahuan.
c.
Penerapan. Penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi konkrit yang baru.
Tingkah laku pada tingkat ini meliputi kemampuan siswa untuk menggunakan
konsep, metode, hukum, teori yang terdapat pada suatu bidang ilmu. Hasil
belajar pada tingkat ini mencerminkan pengertian yang lebih tinggi dibandingkan
pemahaman.
d.
Analisis. Analisis menyangkut pemahaman dan penerapan,
hanya letak penekanannya yang berbeda. Pemahaman, penekanannya terletak pada
arti dan isi materi pelajaran, seakan penerapan penekannya pada mengingat dan
menggunakan materi yang pernah dipelajari menurut prinsip tertentu. Sementara
analisis penekanan, yaitu menjadi bagian-bagian tersebut.
e.
Sintesis. Sintesis merupakan kemampuan siswa untuk memadukan
teori yang satu dengan yang lain, prinsip yang satu dengan prinsip yang lain,
hukum yang satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu teori, prinsip
atau hukum yang sifatnya baru. Untuk tingkatan ini siswa benar-benar dituntut
kreativitasnya.
f.
Evaluasi. Evaluasi ini merupakan tertinggi domain
kognitif. Pada tingkat ini siswa dituntut untuk mempertimbangkan suatu
pernyataan, uraian, pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang telah
ditetapkan. Pertimbangan-pertimbangan ini harus memiliki landasan yang kuat dan
jelas.
2. Pentingnya Penilaian Prestasi Belajar
Penilaian prestasi belajar sering disebut dengan istilah penilaian hasil
belajar. Untuk hasil belajar, maka guru mengadakan penilaian terhadap
keseluruhan hasil belajar siswa. Penilaian merupakan penentuan taraf penguasaan
atau kemampuan siswa sebagaimana yang ditetapkan dan diharapkan dicapai untuk
setiap mata pelajaran. Penilaian terhadap prestasi belajar dianggap pokok.,
sebab dengan menilai prestasi belajar, sekaligus banyak hal yang dapat dicapai,
misalnya pencapaian aspek-aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Forijati (1998) membagi pelaksanaan penilaian atau evaluasi meliputi dua
aspek, yaitu:
a.
Aspek bagi guru. Dengan evaluasi dapat memberikan umpan
balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
sebagai perbaikan program, bagi siswa/mahasiswa agar mencapai prestasi belajar
yang lebih tinggi.
b.
Aspek bagi siswa. Dengan evaluasi dapat menentukan
nilai kemajuan hasil belajar masing-masing siswa untuk bahan pemberian laporan
kepada orang tua siswa, menentukan kenaikan ataau lulus tidaknya anak didik.
E.
Pelaksanaan Pembelajaran IPS Materi Koperasi menggunakan Metode Jigsaw
Tabel 2.1.
Penerapan Pembelajaran Model
Jigsaw Materi Koperasi
Langkah Pembelajaran
|
Aktivitas Guru
|
Aktivitas Murid
|
Apersepsi
|
Guru mengajukan
pertanyaan
|
Siswa menjawab
|
Menyampaikan
informasi materi dan informasi tujuan
|
Guru
menyampaikan informasi materi dan tujuan pembelajaran
|
Siswa
mendengarkan penjelasan guru
|
Membagi
kelompok
|
Guru membagi
siswa dalam kelompok
|
Siswa bergabung
dengan kelompoknya
|
Pemberian tugas
kelompok
|
Guru memberikan
lembar diskusi kelompok berupa 5 butir soal yang berbeda
|
Siswa mendengarkan
petunjuk pengerjaan soal diskusi
|
Membentuk
kelompok
|
Guru membimbing
siswa dalam pembentukan bersama kelompok ahli
|
Siswa bergabung
bersama kelompok ahli
|
Bimbingan
kelompok diskusi
|
Guru membimbing
siswa dalam diskusi
|
Siswa bertanya
apabila ada petunjuk yang belum dimengerti
|
Presentasi
hasil diskusi kelompok
|
Guru membimbing
perwakilan kelompok dalam presentasi hasil diskusi
|
Siswa secara
bergantian mempresentasikan hasil diskusi
|
Pembahasan
diskusi
|
Guru membahas
hasil kerja siswa
|
Siswa
memperhatikan dan mencatat hal penting
|
Pemantapan
materi
|
Guru memberikan
penjelasan mengenai materi
|
Siswa mengajukan
pertanyaan apabila ada materi yang belum jelas
|
Membuat
kesimpulan
|
Guru membimbing
siswa membuat kesimpulan
|
Membuat
kesimpulan sesuai bimbingan guru
|
Melaksanakan
evaluasi
|
Memberikan tes
tulis
|
Siswa
mengerjakan tes yang diberikan guru
|
Pemberian tugas
rumah
|
Guru memberikan
tugas untuk dikerjakan di rumah
|
Siswa mencatat
tugas yang diberikan
|
No comments:
Post a Comment
adisultony@gmail.com