Monday, November 7, 2011

Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Koperasi dengan Metode Jigsaw Siswa Kelas IV


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Hakekat Pelajaran IPS
IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-mata, melainkan harus pula membina siswa menjadi warga masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Kehidupan manusia dimasyarakat atau manusia dalam konteks sosial yang menjadi ruang lingkup IPS, merupakan cakupan yang sangat luas. Oleh karena itu, pada proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan perkembangan kemampuan siswa dan lingkup objek formal IPS.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS yang optimal, ada empat hal yang meliputi, yaitu: dasar mental psikologis yang melekat pada diri siswa, pengetahuan sosial secara spontan telah dimiliki oleh siswa, ruang lingkup IPS yang sangat luas, dan nilai-nilai yang melekat pada pendidikan IPS. Hal tersebut wajib menjadi pegangan pada proses pelaksanaan proses pembelajaran IPS yang komprehensif. Pembinaan dan pengembangan minat siswa, penguasaan materi IPS yang memadai oleh guru, dan penciptaan suasana yang interaktif pada pembelajaran, akan menciptakan suatu modal yang strategis pula dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran IPS, ragam pendekatan dan metode yang diterapkan disesuaikan dengan kondisi lingkup masyarakat serta aspek kehidupan social yang menjadi pokok bahasan. Keragaman pendekatan dan metode yang diterapkan pada proses pembelajaran IPS, dapat mempertahankan suasana yang hangat dan menarik, sehingga para siswa tidak dihinggapi kejenuhan dan kebosanan.


B.     Hakekat Koperasi
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25/1992 (dalam Fokus, 14) koperasi ialah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan, sedangkan International Cooperative Alliance (ICA) dalam buku The Cooperative Principles, karangan P.E. Weeraman (1973) memberikan definisi:


Koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya melalui memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan berusaha bersama saling membantu antara satu dengan yang lainnya dengan cara membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan atas prinsip-prinsip koperasi.

Sedangkan menurut Bapak Koperasi Indonenesia , Dr.Mohammad Hatta (Toweula,1995) memberikan definisi: “Koperasi adalah bangun organisasi sebagai badan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”.
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu koperasi adalah kegiatan ekonomi bersama dari para anggotanya, berasaskan kekeluargaan, kerakyatan, demi keuntungan bersama, dan tidak mengutamakan keuntungan ekonomi semata-mata, melainkan juga memperhatikan keuntungan social.

C.    Metode Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif  dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A, 2007).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
• Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
  Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
  Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
   Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
  Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning.
2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
4.   Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
5.   Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
2.      Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
3.     Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
4.     Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

D.    Prestasi Belajar
1.      Definisi dan Bentuk Prestasi Belajar
Belajar pada dasarnya proses perubahan tingkah laku, proses belajar yang dialami siswa diharapkan akan menghasilkan suatu perubahan dan perubahan itu salah satunya tampak dalam prestasi belajar yang diperoleh siswa terhadap prestasi belajar yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar tersebut berbeda-beda sifatnya tergantung dari bidang yang sedang dipelajarinya. Dalam setiap jenis apapun, yang menjadi titik tolak selalu merupakan proses dari perbuatan yang menentukan kategori hasil dan akan menghasilkan ketentuan mengenai jalan yang harus sampai pada hasil belajar yang tertuju pada prestasi belajar.
Prestasi belajar berarti hasil belajar yang dicapai siswa dalam belajar. Winkel (1990) mendefinisaikan bahwa prestasi belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan keterampilan proses dan dilaksanakan agar menimbulkan tingkah laku progresif dan adatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam belajar berupa pengetahuan, penguasaan, atau keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa selama mengikuti pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka.
Karena keterbatasan dalam penelitian salah satu bentuk prestasi belajar yang dijadikan acuan pengembangan instrument adalah pilihan kemampuan siswa pada taraf kemampuan kognitif. Adapun domain kognitif dalam taksonomi Bloom dapat dipilih atas 6 tingkatan sebagai berikut:
a.       Pengetahuan (ingatan). Pengetahuan (ingatan) menyangkut tingkah laku siswa yang ditekankan pada kemampuan mengingat atau mengenal kembali materi yang dipelajari. Dalam taksonomi Bloom, pengetahuan merupakan sasaran belajar tingkat paling rendah.
b.      Pemahaman. Pemahaman diartikan sebagai kemampuan menerapkan makna dari materi yang telah dipelajari. Tingkah laku pada tingkat ini dapat dideteksi dan kemampuan menterjemahkan materi dari bentuk satu ke bentuk yang lainnya. Kemampuan pada tingkat ini memiliki tingkat yang lebih baik dibandingkan kemampuan yang berupa pengetahuan.
c.       Penerapan. Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi konkrit yang baru. Tingkah laku pada tingkat ini meliputi kemampuan siswa untuk menggunakan konsep, metode, hukum, teori yang terdapat pada suatu bidang ilmu. Hasil belajar pada tingkat ini mencerminkan pengertian yang lebih tinggi dibandingkan pemahaman.
d.      Analisis. Analisis menyangkut pemahaman dan penerapan, hanya letak penekanannya yang berbeda. Pemahaman, penekanannya terletak pada arti dan isi materi pelajaran, seakan penerapan penekannya pada mengingat dan menggunakan materi yang pernah dipelajari menurut prinsip tertentu. Sementara analisis penekanan, yaitu menjadi bagian-bagian tersebut.
e.       Sintesis. Sintesis merupakan kemampuan siswa untuk memadukan teori yang satu dengan yang lain, prinsip yang satu dengan prinsip yang lain, hukum yang satu dengan yang lain sehingga menghasilkan suatu teori, prinsip atau hukum yang sifatnya baru. Untuk tingkatan ini siswa benar-benar dituntut kreativitasnya.
f.       Evaluasi. Evaluasi ini merupakan tertinggi domain kognitif. Pada tingkat ini siswa dituntut untuk mempertimbangkan suatu pernyataan, uraian, pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pertimbangan-pertimbangan ini harus memiliki landasan yang kuat dan jelas.

2.      Pentingnya Penilaian Prestasi Belajar
Penilaian prestasi belajar sering disebut dengan istilah penilaian hasil belajar. Untuk hasil belajar, maka guru mengadakan penilaian terhadap keseluruhan hasil belajar siswa. Penilaian merupakan penentuan taraf penguasaan atau kemampuan siswa sebagaimana yang ditetapkan dan diharapkan dicapai untuk setiap mata pelajaran. Penilaian terhadap prestasi belajar dianggap pokok., sebab dengan menilai prestasi belajar, sekaligus banyak hal yang dapat dicapai, misalnya pencapaian aspek-aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Forijati (1998) membagi pelaksanaan penilaian atau evaluasi meliputi dua aspek, yaitu:
a.       Aspek bagi guru. Dengan evaluasi dapat memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan sebagai perbaikan program, bagi siswa/mahasiswa agar mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
b.      Aspek bagi siswa. Dengan evaluasi dapat menentukan nilai kemajuan hasil belajar masing-masing siswa untuk bahan pemberian laporan kepada orang tua siswa, menentukan kenaikan ataau lulus tidaknya anak didik.


E.     Pelaksanaan Pembelajaran IPS Materi Koperasi menggunakan Metode Jigsaw
Tabel 2.1.
Penerapan Pembelajaran Model Jigsaw Materi Koperasi
Langkah Pembelajaran
Aktivitas Guru
Aktivitas Murid
Apersepsi
Guru mengajukan pertanyaan
Siswa menjawab
Menyampaikan informasi materi dan informasi tujuan
Guru menyampaikan informasi materi dan tujuan pembelajaran
Siswa mendengarkan penjelasan guru
Membagi kelompok
Guru membagi siswa dalam kelompok
Siswa bergabung dengan kelompoknya
Pemberian tugas kelompok
Guru memberikan lembar diskusi kelompok berupa 5 butir soal yang berbeda
Siswa mendengarkan petunjuk pengerjaan soal diskusi
Membentuk kelompok
Guru membimbing siswa dalam pembentukan bersama kelompok ahli
Siswa bergabung bersama kelompok ahli
Bimbingan kelompok diskusi
Guru membimbing siswa dalam diskusi
Siswa bertanya apabila ada petunjuk yang belum dimengerti
Presentasi hasil diskusi kelompok
Guru membimbing perwakilan kelompok dalam presentasi hasil diskusi
Siswa secara bergantian mempresentasikan hasil diskusi
Pembahasan diskusi
Guru membahas hasil kerja siswa
Siswa memperhatikan dan mencatat hal penting
Pemantapan materi
Guru memberikan penjelasan mengenai materi
Siswa mengajukan pertanyaan apabila ada materi yang belum jelas
Membuat kesimpulan
Guru membimbing siswa membuat kesimpulan
Membuat kesimpulan sesuai bimbingan guru
Melaksanakan evaluasi
Memberikan tes tulis
Siswa mengerjakan tes yang diberikan guru
Pemberian tugas rumah
Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
Siswa mencatat tugas yang diberikan

Unduh Linknya : IPS pkp

No comments:

Post a Comment

adisultony@gmail.com